Minggu, 02 November 2008

Bagaimana dengan Mereka?

Dalam hidup ini dapatkah kita berhenti memikirkan kebenaran? Tentang fakta, peristiwa, serta realita yang terjadi pada diri seseorang? Seringkali pertanyaan ini muncul saat kita sedang mengalami suatu kasus atau permasalahan yang menuntut kita untuk memikirkannya kembali. Dan kita hanya bisa membisu atas semua yang telah terjadi tanpa dapat melakukan sesuatu yang berarti bagaikan seorang bayi yang tak berdaya. Dengan segala keamanan dan kenyamanan hidup, kita telah membutakan diri kita sendiri. Padahal di balik itu semua pernahkah kita memikirkan bagaimana dengan mereka yang menjadi korban atas fakta, peristiwa, dan realita yang dengan terpaksa harus mereka terima karna ketidakberdayaan mereka? Siapakah yang mau peduli dengan nasib mereka yang tanpa pamrih menolong mereka untuk bisa keluar dari kepahitan hidup?
Pernah di suatu malam yang dingin kulihat di perempatan jalan itu, beberapa anak kecil tidur di trotoar pinggir jalan dengan beralaskan tubuh mereka. Peristiwa ini bukanlah peristiwa pertama yang kulihat tapi telah berkali-kali aku melihatnya di tempat yang sama pula. Apakah benar trotoar itu adalah tempat yang harus mereka tempati untuk melewati malam dingin yang menusuk ke dalam tulang? Satu yang ingin aku tanyakan pernahkah kalian bayangkan apa yang akan terjadi dengan tubuh kecil dan rentan mereka beberapa tahun mendatang? Kerapkali kucoba untuk membayangkannya namun begitu aku mulai memikirkan yang muncul justru banyak pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu apa jawabannya. Sebenarnya dimana rumah mereka? Haruskah mereka tidur di malam yamg dingin itu hanya dengan beralaskan tubuh kecil dan rentan mereka? Apa yang sedang dilakukan orang tua mereka sehingga mereka membiarkan anak mereka harus tidur di jalanan? Apakah besok mereka tidak sekolah? Bagaimana jika mereka sakit? Dan akhir dari seluruh pertanyaan yang muncul adalah siapakah yang seharusnya bertanggung jawab atas segala fakta yang terjadi ini?
Dan satu hal yang dapat aku pelajari dari realita ini adalah bahwa kita tidak harus mencari tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atau siapa yang benar atau salah atas semua ini tapi bagaimana dengan diri kita sendiri. Apakah kita telah membuat mulut kita bicara untuk berani mengatakan kebenaran ataukah kita telah membuat mata kita terbuka untuk melihat keadaan orang lain di tengah segala kenikmatan hidup yang kita miliki? Atau apa yang dapat kita lakukan sehingga mereka dapat merasakan bahwa ternyata di tengah-tengah kepahitan, mereka masih dapat merasakan sesuatu yang manis yang mungkin dapat dijadikan kenangan terindah dalam hidup mereka.
Hal terpenting yang dapat aku pelajari adalah bahwa inilah hidup. Hidup bagaikan dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan di satu sisi dapat terasa pahit namun di sisi lain dapat memberikan rasa manis. Tapi biarlah hidup itu berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Dia, Sumber Kehidupan. Manusia hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan porsi masing-masing. Selain itu semua, kepedulian kita terhadap sesama sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan ini sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam hidup.
Ingin rasanya aku merengkuh tangan mereka dan memeluk mereka agar aku bisa merasakan apa yang sebenarnya sedang mereka rasakan saat itu. Aku bisa berbagi dengan mereka meski aku sadar bahwa apa yang kulakukan mungkin tidak dapat menolong mereka untuk keluar dari masalah yang mereka alami. Tapi..... aku mau belajar agar aku dapat merendahkan diriku sehingga semua kenikmatan hidup yang telah Ia berikan tidak membuatku menjadi orang yang buta dan bisu.